edit

Uniknya Peternakan di Bali

Bali, siapa lah yang tak tau tempat ini. Keindahannya sudah mendunia, bahkan Indonesia pun kalah mendunianya. Tidak sedikit orang asing yang menganggap kalau Indonesia itu bagian dari Negara Bali. Kan aneh.

Bicara tentang keindahan alam dan pariwisatanya, ah, sudahlah, ada banyak web dan buku yang membahas tentang hal ini. Sekarang aku akan bercerita tentang potensi peternakan yang ada di Bali ini.

Jadi ceritanya gini, dari awal Januari sampai awal Februari yang lalu, aku dan delapan orang kawanku melaksanakan kegiatan PKL alias Praktik Kerja Liburan Lapangan. PKL kami ini cukup nekad karena sebelumnya belum pernah ada kelompok yang melakukan PKL di Peternakan yang ada di Bali ini, gak apa apa lah, jadi pelopor. Kami melaksanakan PKL di CV. Agro Indah Indopratama dan CV. Bangli Megah Wibawa.

Komoditas yang kami geluti di PKL ini adalah komoditas ayam petelur dan sapi Bali. Populasi ayam petelurnya ada sekitar 40.000 ekor dan sapi Balinya ada sekitar 50 ekor. Tempat kami melaksanakan PKL ini berada di Desa Tiga, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Sebuah tempat yang mungkin namanya tidak setenar Kuta, Legian, atau yang lainnya.
Read More....
edit

Travel Bloggers Indonesia

“Travel Blogger? Kok kedengerannya keren ya? Semacam nama pahlawan pembela kebenaran gitu.”
“Ah, itu mah Power Ranger :(“ 
Akhir-akhir ini aku semakin sering mendengar dan membaca mengenai travel blogger. Penasaran. Aku kira bagi beberapa orang istilah ini sudah tidak asing, tapi bagi beberapa orang juga pasti istilah ini masih sangat asing.

Mungkin jauh disana ada orang yang bertanya-tanya, "travel blogger ini makanan jenis apa sih? Enak ga ya?"
Jika boleh aku analogikan dengan makanan, travel blogger ini pasti sejenis makanan khas dari suatu daerah yang sulit ditemukan di daerah lain, dan tidak semua orang berani untuk memakannya. Ada bumbu khas di dalamnya. Ada rasa unik yang terasa di gigitan pertamanya, dan kepuasan sendiri setelah kita menelannya.

Read More....
edit

Gunung Batur dan Batur Natural Hot Spring

Ada banyak pasangan romantis dan so sweet yang ceritanya sudah terkenal dan mendunia. Sebut saja Romeo - Juliet, Layla - Majnun, Edward Cullen - Bella Swan, Ariel - Luna, Prabowo - Hatta, Jokowi  - JK, lho? Skip, ah!

Tapi sekarang aku sadar bahwa mereka tidak ada apa-apanya, masih ada pasangan yang jauuuuuuhhhhh lebih so sweet dibanding mereka. Mau tau siapa? Mereka adalah....... Gunung dan Perendaman Air Panas! Yeaahhhhh!!!

Hal ini aku sadari saat beberapa bulan kemarin aku main ke Kintamani. Ya, Kintamani, sebuah wilayah yang ada di Bangli, Bali. Sebuah tempat yang menawarkan sisi lain pariwisata dan keindahan alam di Pulau Dewata, karena yang kita tau, Bali itu hanya identik dengan pantai, pantai, pantai, dan bar. Tapi Bali bukan hanya tentang itu.

Read More....
edit

Sunset di Uluwatu



Sunset di pantai? Ah, biasa!
Sunset di gunung? Ah, mainstream!
Sunset di pura? Ah, emang ada?

Jawabanya adalah tentu saja ada!

Pura Uluwatu, salah satu tempat yang menjadi salah satu tujuan utama para wisatawan asing atau pun domestik. Pura ini terletak di daerah Pecatu, Badung. Pura ini juga termasuk salah satu dari enam Sad Kahyangan.

Pura ini sangat cocok jika dijadikan tujuan akhir setelah seharian mengelilingi tempat wisata di Bali, karena lokasinya ada di ujung barat daya Pulau Dewata. Aku pun saat itu menjadikan tempat ini sebagai tempat pamungkas setelah pada pagi hari aku menikmati sunrise di Pantai Pandawa, siang hari menikmati pemandangan Pantai Kuta, dan sore hari baru aku meluncur ke Uluwatu.

Pura Luhur Uluwatu
  
Kenapa harus sore hari?

Read More....
edit

Pura Besakih dan Ibu-Ibu Misterius



Entah sudah berapa Pura yang aku lihat di Pulau Bali. Ah banyak, males ngitungnya. Kesan pertamaku saat melihat pura adalah: indah, sangat indah, seolah kita kembali di zaman kerajaan.

Menurut orang-orang sih jumlah Pura yang ada di Bali ini sampai belasan ribu. Ga percaya? Sok itung sendiri!

Tapi ada satu Pura yang benar-benar membuat aku harus bilang wow gitu, dan Pura ini adalah.... Jengjengjeng.... Pura Besakih. Inget ya, Besakih, bukan Kekasih. Ah dasar jomblo! Hahaha

Pura Besakih ini ada di daerah Karangasem, tepat dibawah Gunung Agung. Pura ini merupakan komplek Pura yang terdiri atas lebih  dari 50 Pura di dalamnya. Pura Besakih ini merupakan salah satu anggota dari Sad Kahyangan, yaitu enam pura terkenal dan paling suci di Bali. Selain Pura Besakih, anggota dari Sad Kahyangan ini antara lain ada Pura Uluwatu, Pura Jagat, Pura Batukaru, Pura Lempuyang Luhur, dan Pura Pusering Jagat.

Read More....
edit

Pendakian Gunung Agung via Jalur Embung

Sinar rembulan menemani kami sepanjang perjalanan. 
Kelap-kelip bintang terlihat seperti ikut menyemangati.

Oke. Ini sudah jam 11 malam, dan kami baru memulai pendakian. Menyingkirkan kantuk, berusaha mencapai puncak walau tenaga terus terkeruk. Halo 3.142 mdpl, kami akan segera datang. Tunggu kami, Gunung Agung.

Diiringi dua orang guide, yang walaupun kami tak ingin bersama mereka, tapi peraturan disini mewajibkannya. Ah, dasar, kurasa sudah terjadi koalisi antara polisi dan para wakamsi. Bayangkan, kami yang sedang ingin menikmati alam Indonesia harus merogoh kocek dulu sampai 1,1 juta. Biaya untuk seorang guide disini adalah 550rb, dan 1 orang guide berlaku untuk 4 orang pendaki, jikalau pun ada yang mendaki sejumlah 5 orang, maka tetap dihitungnya mereka harus menggunakan jasa 2 orang guide. Menyebalkan bukan? Itu lah yang kami rasakan. Sebenarnya harga normal untuk 1 orang guide adalah 400rb, namun karena saat itu sedang sepi pendaki, jadi ya.... mengertilah. Pedahal kami rasa satu guide pun cukup, karena ini juga bukan kali pertama kami mendaki gunung.

Aturan mengenai diwajibkannya pendaki menggunakan jasa guide ini sudah dimulai dari sekitar tahun 2008, yaitu saat ada pendaki yang tersesat dan hilang di Gunung Agung. Kebetulan, pendaki yang hilang itu pun berasal dari Bandung. Adat disini juga mengatakan jika ada pendaki yang hilang atau tewas saat mendaki Gunung Agung, maka harus dilakukan upacara pembersihan gunung yang memakan biaya hingga ratusan juta. Itulah mengapa harga guide disini cukup mahal, karena sebagian biayanya dipakai untuk upacara.
Selain tentang biaya, masih ada hal yang mengecewakan bagi kami. Soal jalur pendakian, rencana awal kami untuk mendaki gunung ini adalah Jalur Pura Besakih, yaitu jalur yang umumnya digunakan para pendaki untuk mendaki. Tapi, ternyata guide itu malah mengarahkan kami ke jalur lain saat  kami sudah sampai di Pura Besakih, kami pun dibawa ke tempat lain yang kemudian kami kenal sebagai Jalur Embung. Pedahal sebelumnya kami sudah deal untuk mendaki via Pura Besakih. Ya sudahlah.

Memang ada beberapa pantangan yang harus diperhatikan saat kita mendaki Gunung Agung. Satu, tidak boleh membawa barang atau perhiasan yang terbuat dari emas. Dua, tidak boleh membawa makanan yang berasal dari sapi. Tiga, tidak boleh melakukan pendakian saat sedang berlangsung upacara keagamaan di Pura Besakih. Oke, semuanya kami lalui.

Read More....
edit

Percakapan Orang Sunda dan Bali

17.03 WITA, 8 Januari 2014

Di suatu sore yang agak mendung di Desa Tiga, Bangli, Bali. Setelah hampir 6 jam menunggu di tengah hutan yang dikelilingi anjing, akhirnya kami bertemu pemilik peternakan dan dibawa ke rumahnya, terciptalah percakapan antara kami dan Pak Putu......

"selamat sore mas-mas, selamat datang di Bali"
"selamat sore, Pak"
"wah jangan panggil Pak, panggil aja Bli, biar terdengar muda dan kerasa Bali-nya haha"
"hehe siap, Pak, eh, Bli"
"gimana ceritanya nih sampe bisa ada disini?"
"wah ga tau Bli kami juga, berasa mimpi hehe"
"waduh, dasar mas-mas ini, asal mana aja nih mas?"
"wah macem-macem Bli, ada yang dari Bogor, Bekasi, Majalengka, Indramayu, tapi kebanyakan sih dari Bandung, Bli"
"oh gitu, berarti semuanya pada ngomong Bahasa Sunda ya?"
"iya Bli, bahasa sehari-hari kami itu Bli"
"katanya orang Sunda ga bisa bilang huruf X ya?
"bener Bli, susah lidahnya kalau mau bilang huruf X sama F, pasti ngomongnya kaku, malah jadi ek sama ep"
Read More....
edit

35 Hari di Desa Tiga, Bangli, Bali

Entahlah, ini mimpi atau halusinasi, tapi kurasa ini sudah terjadi. Pada saat aku mengetik ini, aku sudah mewujudkan salah satu dari puluhan mimpi, yaitu bisa menginjakkan kaki di Pulau Bali. Bukan sekedar satu atau dua hari, tapi aku tinggal di Bali selama tiga puluh lima hari! Wow! Sebuah pengalaman yang sulit dipercaya, bahkan oleh diriku sendiri.

Sungguh, belum pernah sebelumnya aku membayangkan bisa tinggal di suatu pulau yang katanya sih.... Salah satu tempat terindah di dunia. Aku pun berani bersumpah, aku ke Bali bukan karena Pantai Kuta, Legian, Gunung Agung, atau apa pun lah! Karena sesungguhnya aku bisa ke Bali oleh karena seseorang yang bernama Kadek, tepatnya I Kadek Budiartawani. Dialah orang Bali pertama yang pernah menelponku dan mengizinkan aku untuk bekerja/magang selama kurang lebih satu bulan di peternakan miliknya, yaitu peternakan ayam petelur dan sapi bali.

Pak Kadek ini merupakan seorang mantan "Perbekel" alias kepala desa di sebuah Desa yang bernama Desa Tiga. Desa ini termasuk Desa Adat, yaitu desa dengan kehidupan yang bisa dibilang masih jauh dari modern dan masyarakatnya masih kuat dalam memegang adat istiadat serta tradisi setempat. Desa ini terletak di Kabupaten Bangli, yaitu satu-satunya kabupaten di Bali yang tidak memiliki batas wilayah berupa laut. Batas dari kabupaten ini adalah gunung-gunung yang berdiri tegak seperti benteng yang senantiasa melindungi wilayah ini, dan mereka adalah Gunung Batur, Gunung Abang, dan juga Gunung Agung. Gunung-gunung ini lah yang membuat cuaca di Desa Tiga ini terasa begitu sejuk, hampir sama seperti kota kelahiranku, Bandung.

Selama tiga puluh lima hari disana, aku dan delapan orang temanku tinggal di sebuah bangunan yang bernama Bale Loji. Bale Loji ini merupakan satu dari beberapa bagian rumah khas Bali. Ada banyak hal unik yang aku lihat di Bale Loji ini, ada kayu jati yang sudah diukir sedetail mungkin, serta batu khusus yang dipahat sedemikian rupa sehingga membuat aku kagum dan tertarik untuk mengabadikannya.
Read More....