edit

Strata Kerbau di Toraja

Strata sosial dalam masyarakat Toraja memang dibedakan antara kaum bangsawan dan budak. Tapi ternyata strata sosial itu tidak hanya berlaku pada manusaia. Suku Toraja pun membuat strata sosial bagi kerbau. Ya, kerbau bagi masyarakat Toraja memang termasuk hewan sacral dan disucikan. Dalam memandang kerbau, masyarakat Toraja memiliki persepsinya masing-masing. Selain memiliki strata dalam status sosial, masyarakat Toraja pun memiliki strata tersendiri dalam memandang kerbau, adapun strata itu yakni:

Read More....
edit

Upacara Adat di Toraja

      Secara garis besar masyarakat Tana Toraja melakukan dua macam upacara adat, yaitu Upacara Rambu Solo dan Upacara Rambu Tuka’. Masig-masing upacara memiliki tujuan dan aturan yang berbeda. Seperti Upacara Rambu Solo diperuntukkan bagi acara kematian sedangkan Upacara Rambu Tuka’ diperuntukkan bagi acara kelahiran. Setiap upacara pun memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, namun pada intinya masyarakat disana tetap menggunakan kerbau sebagai instrument utama dalam setiap upacara. Kerbau ini digunakan sebagai persembahan yang akan disembelih dan kemudian dagingnya dikonsumsi oleh masyarakat disana dan tanduknya dipajang di rumah mereka sebagai bukti bahwa mereka sudah melakukan kegiatan upaca yang secara otomatis meningkatkan status sosial mereka di masyarakat. Kelompok masyarakat yang termasuk kelas atas dan memiliki peran serta status sosial tinggi di masyarakat Toraja akan mengadakan upacara yang lebih mewah dengan nilai jual kerbau yang tinggi.

1. Rambu Solo
            Rambu Solo adalah suatu prosesi pemakaman masyarakat Tana Toraja, yang tidak seperti pemakaman pada umumnya. Melalui upacara Rambu Solo inilah terlihat bahwa masyarakat Tana Toraja sangat menghormati leluhurnya. Prosesi upacara pemakaman ini  terdiri dari beberapa susunan acara. Dimana dalam setiap acara tersebut terlihat nilai-nilai kebudayaan yang sampai sekarang masih dipertahankan oleh masyarakat Tana Toraja.
            Secara garis besar upacara pemakaman terbagi kedalam 2 prosesi, yaitu Prosesi Pemakaman (Rante) dan Pertunjukan Kesenian. Prosesi-prosesi tersebut tidak dilangsungkan secara terpisah, namun saling melengkapi dalam keseluruhan upacara pemakaman.
            Prosesi Pemakaman atau Rante tersusun dari acara-acara yang berurutan. Prosesi Pemakaman (Rante) ini diadakan di lapangan yang terletak di tengah kompleks Rumah Adat Tongkonan. Acara-acara tersebut antara lain :
  • Ma’Tudan Mebalun, yaitu proses pembungkusan jasad
  • Ma’Roto, yaitu proses menghias peti jenazah dengan menggunakan benang emas dan benang perak.
  • Ma’Popengkalo Alang, yaitu proses perarakan jasad yang telah dibungkus ke sebuah lumbung untuk disemayamkan.
  • Ma’Palao atau Ma’Pasonglo, yaitu proses perarakan jasad dari area Rumah Tongkonan ke kompleks pemakaman yang disebut Lakkian.
Read More....
edit

Pasar Terapung Banjarmasin Yang Kian Prihatin

Pasar Terapung Kuin merupakan salah satu destinasi terkenal yang berada di Desa Alalak, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pasar Terapung ini memiliki ciri khas dimana penjual menjajakan dagangannya di atas perahu. Transaksi jual beli juga berlangsung di atas perahu. Pasar Terapung berada di sepanjang tepi Desa Alalak yang dilalui oleh Sungai Martapura. Pengunjung dapat membeli dengan cara menyewa perahu klotok ataupun memanggil penjual untuk mendekatkan perahunya dari tepi sungai. Pasar Terapung Kuin berlangsung setiap hari setelah Subuh hingga pukul 07.00 WITA namun kawasan ini jauh lebih ramai pada akhir pekan.


Read More....
edit

Makam Tebing di Kalimantan

Mungkin kita sudah tidak asing dengan cerita mengenai pemakaman Suku Toraja, Sulawesi. Jenazah dari sanak famili mereka tidak mereka kuburkan, melainkan mereka simpan diatas tebing. Ternyata tradisi seperti ini pun ditemukan di Kalimantan.

Berlokasikan di Desa Merasa, Berau, kalimantan Timur. Desa ini merupakan salah satu pemukiman dari Suku Dayak. Di desa ini ada sebuah sungai bernama Sungai Kelay, dimana di tepi-tepi sungai ini terdapat beberapa tempat bersejarah.

Ada beberapa tebing di tepi sungai tersebut yang memiliki gua, dimana di dalam gua tersebut terdapat berbagai peninggalan orang-orang terdahulu mereka. Ada banyak peti mati yang terbuat dari kayu di gua tersebut. Beberapa peti mati dilengkapi ukiran yang berbentukj menyerupai monyet sedang bergelantungan. Di gua ini pun terdapat beberapa peninggalan lain seperti tombak, dayung, dan peralatan lain.

Sayangnya sudah banyak peninggalan yang hilang akibat ulah-ulah manusia tak bertanggung jawab. Ditambah lagi hanya ada sedikit orang yang mengetahui mengenai asal usul makam ini. Pak Andreas, salah satu tetua di Desa Merasa, berkata "saya tidak banyak mengetahui mengenbai sejarah makam itu, yang saya tahu orang-orang yang dimakamkan diatas gua tersebut adalah mereka yang mati pada saat musim panen, karena jenazah mereka tidak boleh dikuburkan dalam tanah".









edit

Selamat Bertemu Ibu, Orangutan Jabrick!

Hari itu adalah hari ke-27 aku berada di Pulau Kalimantan. Setelah menempuh kurang lebih 30 jam perjalanan, akhirnya tibalah aku di Hutan Labanan. Perjalanan ini memang terbilang sangat lama dan melelahkan, karena memang kami melalui jalur daratan. Apalagi sebelumnya aku mengikuti Tim COP yang me-rescue dua ekor orangutan, Septy dan Njoto, yang ditampung di BKSDA akibat keluar dari hutan.  Indahnya pemandangan selama perjalanan membuat rasa lelahku hilang perlahan, dan yang terpenting, hari ini aku sudah menginjakkan kaki di Hutan Labanan. Yeay! Menyenangkan!

Pagiku ini diawali dengan sarapan dan perkenalan. Aku memperkenalkan diriku sebagai Didan, seorang relawan yang numpang hidup disini untuk beberapa bulan kedepan. Selain ikut membantu kegiatan Sekolah Hutan, belajar tentang orangutan, juga akan melakukan sebuah penelitian. Semoga semua yang ada disini bisa berkenan.

Selesai perkenalan, kami pun lanjut sarapan. Tak terasa jarum pendek di jam sudah hampir menunjuk angka sembilan. Ini sudah waktunya memberi makan para hewan. Aku mengikuti para animal keeper menyusuri jalan, sambil membawa buah-buahan untuk pakan. Butuh waktu sekitar lima menit untuk berjalan dari mess ke perkandangan. Tentu saja jalan tanah dan bebatuan.

Ada dua blok kandang orangutan yang ada di Pusat Rehabilitasi Orangutan milik COP. Blok Kandang 1 yang terdiri dari 5 orangutan yang sudah dewasa dan berukuran besar, serta Blok Kandang 2 yang ditempati 10 orangutan yang berukuran sedang dan kecil. Saat itu aku ikut membantu membersihkan kandang dan memberi makan orangutan yang ada di Kandang 1.

Ternyata di kandang, ada satu orangutan yang membuat aku tertarik. Kurasa dia unik, wajahnya cantik, walau badannya tidak lebih besar dari seekor itik. Namanya Jabrick.

Jabrick ini ukurannya paling kecil diantara semua orangutan di Hutan Labanan. Kukira usianya baru satu atau dua tahunan. Awalnya pun kukira dia jantan, ternyata dia perempuan. Tingkah lakunya menggemaskan. Sepertinya dia orangutan yang menyenangkan. Hari itu kami bersalaman, berkenalan, dan sudah kuanggap Jabrick sebagai teman. Semoga Jabrick pun bisa menerimaku sebagai kawan.

Read More....