edit

Tips dan Trik Mendapat Tiket Pesawat Murah

Beberapa bulan yang lalu saya mendapatkan sebuah tiket promo dari sebuah maskapai penerbangan. Sangat beruntung, saya mendapatkan “free seat” dari AirAsia untuk penerbangan PP Jogjakarta – Kuala Lumpur. Harga tiket yang saya dapatkan adalah Rp. 0, ya, nol, alias gratis. Lumayan! Walaupun sebenarnya harganya itu tidaklah murni gratis, tetap ada pajak bandara, tapi setelah dikenakan pajak bandara dari Jogja dan KL, uang yang saya bayarkan ini adalah hanya sekitar Rp. 350.000. Hanya? Kenapa hanya? Karena pada tariff normal itu untuk ke KL kita butuh 500 ribuan lah sekali jalan. Dan bahkan untuk travel ke beberapa tempat di Indonesia saja 350 ribu rupiah masihlah terbilang kurang. Sebelumnya juga saya pernah mendapatkan tiket Jakarta – Singapura seharga Rp. 80.000, lalu Bandung – Johor Bahru sehharga Rp. 120.000, dan Jakarta – Bangkok seharga Rp. 250.000 (pedahal normalnya 1 juta). Nah, disini saya akan berbagi sedikit tips dan trik untuk mendapatkan tiket murah. Check it out!

1) Pilih website pencari harga tiket termurah. Biasanya saya menggunakan Traveloka dan Tiket.com. Dua-duanya punya kelebihan masing-masing. Traveloka biasanya menawarkan harga lebih murah, tetapi loading lebih lama dan tidak praktis karena harus cek tanggal per hari/minggu. Tiket.com lebih praktis, bisa liat harga perbulan di kalendernya,, sehingga bisa melihat mana yang termurah, loading lebih cepat juga, tapi harganya cenderung lebih mahal (10-20rb) lalu banyak biaya-biaya tambahan. Satu lagi kelebihan Traveloka, bisa bayar cash di Indomaret! Kalau Tiket.com masih harus online.

2) Daftarkan alamat email kalian dan subscribe ke berbagai situs maskapai penerbangan. Daftar saja jadi member! Saya mendaftarkan email saya ke banyak situs maskapai seperti AirAsia, LionAir, TigerAir, Citilink, tidak lupa ke Traveloka dan tiket.com. Lalu jika ada penawaran untuk mengirim promo ke email kita, iyakan saja. Nantinya akan ada email masuk jika mereka sedang melakukan promo. Maskapai yang saya sebutkan tadi adalah yang paling sering melakukan promo. AirAsia adalah yang paling aktif mengirimkan email.
Read More....
edit

Pasar Bolu Rantepao

Pasar Bolu merupakan sebuah pasar hewan yang terletak di Kecamatan Rantepao, Kabupaten Toraja Utara. Pasar ini mulai dibangun tahun 1990 dan mulai beroperasi pada tanggal 1994. Alamat dari Pasar ini sendiri adalah terletak di jalan Tedong Bonga. Komoditas yang dijual di pasar ini adalah ternak kerbau dan babi. Posisi pasar ini cukup strategis karena berbatasan langsung dengan pasar pagi, terminal Rantepao, perumahan warga, dan juga Dinas Peternakan Kabupaten Toraja Utara.
            Luas dari Pasar Bolu ini mencapai 4 ha. Waktu beroperasi pasar ini adalah mulai dari pukul 08.00-18.00 WITA. Setiap harinya ada sekitar 50-100 ekor kerbau yang dijual disana, namun pada hari pasar yang dilaksanakan setiap 6 hari sekali, jumlah kerbau yang dijualnya bisa mencapai 500 ekor.
Read More....
edit

Toraja Utara

Kabupaten Toraja Utara merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten ini mempunyai luas wilayah sekitar 1.151,47 km2 atau sebesar 2,5 % dari luas Provinsi Sulawesi Selatan. Secara yuridis, kabupaten ini terbentuk pada tanggal 21 Juli 2008, sebelumnya wilayah ini merupakan bagian dari Kabupaten Tana Toraja.  Secara geografis, Kabupaten Toraja Utara terletak antara 2o – 3o Lintang Selatan dan 119o –120o Bujur Timur. Kondisi topografi wilayah Kabupaten Toraja Utara secara umum merupakan daerah ketinggian, sesuai dengan namanya, Toraja yang berarti gunung, dalam hal iklim termasuk beriklim tropis dengan suhu berkisar antara 14o - 26o Celcius dengan tingkat kelembaban udara antara 82% - 86%.
Read More....
edit

Wisata Asyik di Singapura

Pada bulan Mei yang lalu, saya mendapatkan sebuah peluang emas untuk bisa liburan mula ala "backpacker". Hampir satu tahun sebelumnya saya mendapatkan Free Seat alias kursi gratis dari maskapai AirAsia untuk penerangan Yogyakarta ke Kuala Lumpur PP. Tentu saja peluang ini saya manfaatkan sebaik-baiknya. Alih-alih liburan ke Malaysia, justru saya lebih banyak menghabiskan waktu di Singapura. Menurut saya pribadi, Singapura ini bukanlah sebuah negara yang cocok untuk dijadikan destinasi para wisatawan ala backpacker. Semuanya serba mahal, tapi harga memang tidak akan bohong. Keindahan, ketertiban, dan kebersihan Singapura ini wajib diacungi jempol. Beruntung saya bertemu dengan saudara yang sudah hampir 20 tahun tidak pernah bertemu, dan saya diajak ke beberapa tempat menarik yang ada di Singapura. Tempat-tempat itu antara lain:

1. Marina Bay Sand

Marina Bay Sands ini terletak di dekat patung Merlion. Terhampar banyak gedung-gedung tinggi nan cantik mengelilingi sebuah kolam besar yang indah. Kolam ini biasa dijadikan arena untuk latihan Rowing atau Dayung. Di Marina Bay ini juga banyak orang-orang yang menghabiskan waktunya untuk bersantai di tepi kolam, bersepeda, jogging, dan ada pula yang berbelanja. Ada sebuah pertunjukkan unik yang dilaksanakan di tempat ini yaitu Wonderfull Watershow.

Wonderfull Watershow ini dilakukan secara rutin ditampilkan di Marina Bay Sands, Singapore berdekatan dengan lokasi Patung Merlion. Pertunjukan air disini merupakan terbesar di Asia Tenggara dan acar ini berlangsung sekitar 15 menit. Penonton akan dibuat hanyut oleh perpaduan cahaya, air, suara dan musik yang sangat menakjubkan.
Read More....
edit

Tau-tau, An Unique Statue From Toraja

The things that you can only see at Toraja, South Sulawesi. The ancient tombs in the rock which located at Lemo Village. You can see several "Tau tau" guarding at the tombs entrance.

Tau tau is a statue which made of the wood, but it isnt an ordinary statue. Tau tau represents the deceased inside the tomb. Not all of the people can made into a Tau tau, just for the Noblemen. And not all of the noblemen can made into a Tau tau. Its only can made if the family of the nobleman deceased give at least 24 buffalos at the Rambu Solo (Death Ceremony) as tributes.

At the first, this wooden statue were dressed and carved simply, just to show the gender of the deceased. But after several years, however, this statue is become more similar to the deceased who represented the Tau tau.

The types of wood and clothes used for the statue are also reflect the status and wealth of the deceased.

Unfortunately this wooden statues became a target for the grave robbers. They sold it to the museum just for maney. What a stupid crime.

edit

My Personal Traveling Records

“Enjoy the journey, not destination!”
Yups, maybe I’m the kind of boy who use this advice on every adventure I do. Ada banyak hal dan pelajaran yang bisa diambil saat kita sedang dalam perjalanan, bukan saat kita sampai di tempat tujuan, tapi pada saat proses untuk menuju tujuan itu. Misalnya saja orang-orang yang kita temui di perjalanan, pengetahuan yang didapat di perjalanan, bahkan terkadang ada banyak inspirasi yang menghampiriku pada saat dalam perjalanan. Akan tetapi, dalam postingan ini saya hanya akan menuliskan beberapa pengalaman yang saya catat sendiri dan saya masukan ke dalam “My Personal Traveling Records”. Ya, rekor-rekor pribadi yang saya torehkan pada saat perjalanan, memang tidak begitu penting bagi kalian, tapi bagi saya hal-hal ini merupakan sesuatu yang tidak akan terlupakan. Oke, langsung saja, here they are:

1. Menginjakkan kaki di 4 ibukota provinsi di Indonesia dalam waktu 4 hari
Rekor ini saya torehkan pada saat perjalanan pulang dari Tana Toraja menuju kediaman saya di Bandung. Dimulai pada tanggal 30 Maret 2015, hari ini merupakan hari terakhir saya dan kedua teman saya tinggal di Makassar, setelah hampir beberpa minggu sebelumnya kita tinggal di Toraja. Dari Makassar ini kita hendak menuju ke Surabaya menggunakan Kapal Laut, nama kapal tersebut adalah Kapal Labobar. Perjalanan ini membutuhkan waktu sekitar 24 jam, kita sampai di Surabaya pada tanggal 31 Maret 2015, sekitar pukul 09.00 WIB kita tiba di Surabaya, di Pelabuhan Tanjung Perak. Dari pelabuhan itu kita berjalan sedikit dan naik DAMRI menuju Terminal Bungurasih. Sesampainya di Terminal Bungurasih tanpa buang waktu, aku pun langsung naik bus menuju ke Semarang. Perjalanan menghabiskan waktu sekitar 6 jam sampai akhirnya saya tiba di terminal Terboyo Semarang. Di Semarang saya bermalam dulu satu hari karena pada keesokan harinya akan bertemu teman saya asal Semarang. Setelah bertemu teman saya pada tanggal 1 April 2015, saya pun melanjutkan kembali perjalanan saya menuju Bandung, perjalanan menuju Bandung dimulai pada pukul 23.00, dan saya tiba di Bandung pada tanggal 2 April 2015, tepatnya pukul 09.00 WIB. Yups, 4 hari yang menyenangkan!
Read More....
edit

Singapore Zoo

Ada sebuah tempat rekreasi menarik terletak di Mandau Lake Road Singapura. Dihuni oleh sekitar 2500 ekor binatang dari 315 spesies yang berbeda, dengan luas lahan mencapai hampir 30 hektar, tempat ini pun menjadi salah satu kebun binatang terlengkap dan terbesar yang yang ada di Bumi. Singapore Zoo, begitulah orang-orang mengenalnya.
Kebun binatang ini sudah dibangun sejak tahun 1973 dan dikelola langsung oleh Pemerintah Singapura. Tempat ini menjadi salah satu tempat wisata favorit di Singapura. Selain sebagai tempat wisata, kebun binatang ini pun menjadi salah satu tempat konservasi binatang-binatang, termasuk yang terancam punah. Ada sekitar 16% spesies yang terancam punah dipelihara di kebun binatang ini, termasuk Orang Utan, ada belasan ekor Orang Utan yang hidup terawat di Kebun Binatang ini.
Konsep dari kebun binatang ini adalah Naturalis. Tempat tinggal mereka dibuat semirip mungkin dengan habitat aslinya, walaupun ukurannya jauh lebih sempit. Pembatas dari kandang setiap hewan berupa parit, pagar, atau pun kaca. Kondisi lingkungan di kebun binatang ini pun sangat terawat, bersih, tidak terlihat ada sampah. Setiap kandang hewan memiliki pengurusnya tersendiri, sehingga pengunjung dilarang untuk memberi makanan pada mereka kecuali di beberapa tempat dan waktu yang sudah dijadwalkan.
Read More....
edit

Pasar Burung Sukahaji Bandung

Lebih dari 20 tahun sudah pasar burung ini berdiri di Kota Bandung. Di atas sebuah lahan seluas lebih dari setengah hektar, pasar ini menjadi salah satu pasar burung terbesar yang ada di Indonesia. Pasar Burung Sukahaji, begitulah orang-orang mengenal tempat ini. Terletak di Jalan Peta dan Lingkar Selatan, tempat ini menjadi salah satu surga bagi para kolektor burung. Selain didukung lahannya yang luas, koleksi burung yang di pasar ini pun bisa dibilang cukup lengkap. Ratusan pedagang burung dan ratusan jenis burungnya siap memanjakan para pembeli dengan keindahannya. Pasar ini awalnya didirikan oleh pemerintah namun untuk pengelolaannya diserahkan ke pihak swasta.
      Pasar Burung Sukahaji terletak pada koordinat 6o55’34’’ LS dan 107o35’25’’ BT. Lokasinya yang cukup strategis dan dekat dengan jalan tol, menjadikan ada banyak orang dari berbagai daerah yang melakukan aktifitas di pasar ini. Bukan hanya pedagang burung dari tanah Pasundan saja yang ada disini, beberapa pedagang asal Jawa Tengah dan Jawa Timur pun ikut andil di pasar ini. Para pembelinya pun beragam, mulai dari daerah dekat pasar sampai yang berasal dari luar Pulau Jawa ada disini. Mulai dari anak kecil yang iseng memelihara burung hingga pejabat dan kolektor burung antik semua dapat ditemukan disini.
       Pasar ini beroperasi setiap hari, namun pada hari Minggu jumlah pedagang dan pembelinya bisa mencapai 5 kali lipat dari hari biasa. Bahkan pada hari Minggu pedagang buru bisa membludak sampai ke trotoar jalan, pada hari MInggu ini plang bertuliskan “DILARANG BERJUALAN DI ATAS TROTOAR” pun seolah hanya menjadi hiasan. Parkir motor dan mobil pun sampai ke bahu jalan. Jumlah pedagang burung yang ada di hari Minggu diperkirakan mencapai 150 orang.
             
Read More....
edit

Upacara Tumpek Kandang

Secara umum cara pemeliharaan dan perkandangan di Desa Tiga ini sama dengan peternakan di Jawa. Namun ada hal yang membedakan dan menjadi ciri khas dari kandang disini, dimana setiap kandang disini dilengkapi dengan Pura untuk beribadah dan memohon doa kepada para Dewa. Di daerah sekitar kandang pun dilengkapi dengan sesajen-sesajen yang dipersembahkan untuk para roh agar tidak mengganggu manusia dan hewan-hewan disana.
        Ada pun hal unik yang merupakan ciri khas dan kepercayaan masyarakat disini, yaitu adanya Upacara Tumpek Kandang. Upacara Tumpek Kandang ini adalah upacara yang memuja keagungan Tuhan Yang Maha Esa melalui pemeliharaan atas ciptaan-Nya berupa binatang ternak atau hewan peliharaan. Upacara Tumpak Kandang bisa juga disebut hari Tumpak Uye, tumpak kandang ini  jatuh pada setiap hari Sabtu Kliwon Wuku Uye menurut perhitungan kalender Bali-Jawa. Hari ini datang setiap enam bulan (210 hari) sekali.
        Pada hari ini umat Hindu Bali membuat upacara memuja keagungan Tuhan Yang Maha Esa sebagai Siva atau Pasupati, yang memelihara semua makhluk di alam semesta ini. Pemujaan ini diwujudkan dengan memberikan upacara selamatan terhadap semua binatang, khususnya binatang ternak atau hewan peliharaan karena segala jenis hewan ini telah membantu dan menjadi bagian penting ekosistim penompang kehidupan manusia di dunia.
       
Read More....
edit

Penyusuran Pantai Ujung Genteng – Pantai Loji

oleh: Helmy Fachruddin
               
                Susur pantai merupakan salah satu olah raga alam bebas yang memerlukan penerapan ilmu mountaineering di dalamnya. Pada eksedisi kali ini, Tim PNRA divisi Hutan Gunung UKL-XXVII melakukan perjalanan berupa penyusuran pantai yang di mulai dari pantai Ujung Genteng dan berakhir di pantai Loji, Sukabumi, dengan jarak tempuh ±70 Km. Helmy Fachruddin (UKL-XXVIII-AM-009) serta Rizal Purwana (UKL-XXVIII-AM-005) menjadi tim ini pengambilan NRA dalam perjalanan ini, dan ditemani oleh Ikhwanussafa Sadidan dan Syahrul Romdhoni sebagai supervisor tim, juga Muhammad Alfin sebagai tim pendukung.

  
Jalur Penyusuran. Ujung Genteng – Loji

Terdapat 7 checkpoint disepanjang jalur penyusuran pantai UjungGenteng – Pantai Loji, yaitu:

•             Pantai Pangumbahan
Titik check point pertama tepatnya berada di koordinat 7°20’00’’LS dan 106°23’54’’BT. Jarak dari Pantai Ujung Genteng menuju Pantai Pangumbahan adalah sekitar 7.6km. Sepanjang jalur ini terdapat banyak tempat penginapan dan terdapat tempat konservasi penyu hijau yang berjarak ±500m dari garis pantai. 

Read More....
edit

Lapisan dan Status Sosial Suku Toraja

Beberapa aspek sosial yang akan saya cari tahu di Toraja ini adalah mengenai  lapisan dan status sosial yang ada di masyarakatnya. Menurut Soerjono Soekamto, lapisan sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis), sementara status sosial adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Sejauh ini, informasi yang saya dapat dari internet adalah bahwa di Toraja sendiri ada pelapisan masyarakat yang terbagi ke dalam tiga kelas, yaitu: bangsawan/kaya, biasa, dan budak. Benarkah hal itu?

Hari-hari pertama di Toraja pun saya habiskan dengan berjalan-jalan di sekitar penginapan saya, di daerah Tompu Tallunglipu, Rantepao. Tanpa bermodal kemampuan berbahasa Toraja, saya mencoba menemukan orang-orang yang menurut saya bisa dijadikan informan atau narasumber. Modal utama saya selain Bahasa Indonesia hanyalah sebungkus rokok mild dan korek gas cricket. Walaupun saya tidak merokok, tapi saya rasa hal ini akan sangat membantu saya dalam menggali informasi dari para informan.

Selama beberapa jam mencari informan dan melakukan wawancara terselubung ini saya cukup banyak menerima informasi mengenai lapisan dan status sosial yang ada pada masyarakat Toraja. Ternyata mengenai adanya pelapisan sosial ke dalam kelas-kelas ini memang benar adanya. Sejak dahulu memang perbedaan kelas di Toraja ini sudah ada, namun menurut sumber yang saya wawancarai, pada masa sekarang perbedaan itu sudah mulai tidak begitu nampak. Hanya terlihat pada saat-saat atau acara tertentu.

Menurut mereka, pada awalnya memang perbedaan antara kaum bangsawan dan budak ini sangat terlihat jelas. Bukan pada saat acara tertentu saja, tetapi pada saat kehidupan sehari-hari. Mulai dari masalah tempat pun kaum budak sangat terbatas. Dalam menentukan pasangan hidup pun kaum  budak tidak boleh menikah dengan keturunan bangsawan. Ada yang lebih ekstrem lagi, kaum budak bahkan tidak boleh duduk atau menginjakkan kaki di tempat-tempat tertentu. Untuk alasan mengenai mengapa adanya larangan-larangan itu, dari informan saya pun masih belum mengetahuinya.

Kehidupan penuh diskriminasi dan kasta ini ternyata mulai memudar seiring berjalannya waktu. Selain mulai masuknya agama seperti Kristen dan Islam, yang perlahan menghapus kepercayaan asli Suku Toraja yang bernama Aluk To Dolo, tingkat pendidikan dari masyarakatnya pun mulai mempengaruhi kehidupan sosial di Toraja. Ditambah lagi posisi dari Tana Toraja yang semakin hari semakin populer sebagai sebuah destinasi bagi wisatawan lokal atau pun internasional. Sehingga pengetahuan orang-orang seusia saya atau yang lebih tua 20 tahun sekali pun tidak begitu mengetahui tentang hal ini. Saya pun direkomendasikan untuk menemui tokoh adat, atau disini dikenal dengan istilah “Pendamai”, untuk mencari informasi lebih lanjut.
Read More....
edit

Adu Kerbau di Pasar Bolu



Pada Hari Rabu, tanggal 18 Maret 2015, da sebuah pemandangan unik di Pasar Hewan Bolu, Rantepao, Toraja Utara. Orang-orang berkumpul membentuk lingkaran besar di area dekat pasar. Ternyata mereka sedang menyaksikan dua ekor kerbau yang sedang bertarung untuk menentukan siapa yang lebih kuat. 

Pasar Bolu sendiri merupakan sebuah pasar hewan yang khusus menjual kerbau. Hari pasar di Pasar Bolu ini diadakan setiap enam hari sekali. Dimana pada setiap hari pasar diperkirakan ada 500-800 ekor kerbau yang dipajang dan dijual. Dengan jumlah kerbau sebanyak ini, maka pasar ini dinobatkan sebagai Pasar Kerbau terbesar di Indonesia bahkan di dunia.

Di setiap hari pasar, ada ratusan pedagang yang berasal dari berbagai daerah, baik dari daerah Toraja atau pun luar Toraja. Mereka sengaja datang ke Pasar Bolu untuk menjual kerbaunya. Harga kerbau di Tana Toraja sendiri terbilang sangat fantastis. Mulai dari puluhan juta hingga milyaran rupiah, tergantung kerbaunya. Tinggi rendahnya harga kerbau dilihat dari keunikan kerbau itu sendiri. Kerbau yang memiliki nilai tinggi adalah jenis kerbau bule atau belang, yang memiliki kulit tubuh berwarna putih, atau biasa dikenal juga sebagai albino. Selain kulit, warna tanduk yang kuning juga akan membuat harga kerbau meningkat. Warna mata dan ukuran tubuh pun menjadi indikator penilaian.

Read More....
edit

Tongkonan Tana Toraja



Tana Toraja dan Tongkonan adalah dua hal yang tdak bisa dilepaskan. Ya, Tongkonan sendiri adalah rumah adat asli Suku Toraja yang mempunyai nilai sosial dan sejarah yang sangat menarik. Menurut kepercayaan Suku Toraja, Tongkonan ini merupakan bangunan yang pada awalnya dibangun di Puya (Surga) oleh Puang Matua (Tuhan) dan kemudian dibawa ke Bumi dan dibangun juga di Tana Toraja.


Hampir di setiap tempat yang kita datangi di Toraja, baik kota atau pun desa, pasti kita akan menemukan Tongkonan. Bentuk dari Tongkonan ini juga memang khas. Rumah panggung yang dibangun dengan bahan dasar kayu, seluruh bagian bangunannya dipenuhi oleh ukiran dan lukisan, dengan bentuk atap yang menyerupai perahu terbalik, dan jika dilihat dari samping maka akan terlihat seperti bentuk kepala kerbau.
Ada beberapa fakta unik mengenai Tongkonan yang ada di Tana Toraja ini, yaitu:


  • ·         Tongkonan digunakan oleh orang Toraja sebagai tempat tinggal atau pun sebagai pusat pertemuan keluarga. Setiap orang memiliki lebih dari satu Tongkonan yang bisa ditempati, karena sistem kekeluargaan suku Toraja ini bersifat bilateral.
Read More....
edit

Rambu Solo (Upacara Kematian) Tana Toraja



Ada sebuah kesempatan berharga yang tidak akan saya lewatkan saat saya sedang berada di Toraja. Kawan saya yang merupakan orang asli Tana Toraja memberitahu saya bahwa besok di dekat kampungnya akan diadakan Rambu Solo atau Upacara Kematian. Tanpa sedikit pun ragu saya langsung mau untuk ikut pergi ke kampungnya yang memerlukan waktu dua jam dari kosan saya di Toraja. Saya pun langsung di antar oleh kawan saya ke tempat dilaksanakannya Rambu Solo ini.



Disatu sisi saya turut berduka cita atas kematian anggota keluarganya yang meninggal di daerah lautan di Irian Jaya. Di sisi lain saya juga merasa bangga, karena bisa ikut dalam acara ini. Kebetulan, karena saya juga sedang melakukan penelitian mengenai Faktor Sosial dan Budaya Suku Toraja yang mempengaruhi nilai jual kerbau. 

Acara Rambu Solo yang dilaksanakan oleh keluarga almarhum ini berlangsung selama dua hari. Hari pertama pada tanggal 16 Maret 2015 ada acara doa bersama, dan tanggal 17 Maret 2015 ada acara pemotongan kerbau dan pengantaran mayat ke Pattani (makam). Saya hanya ikut acara di hari ke 2.

Tempat berlangsungnya acara Rambu Solo ini adalah di Desa Ballah, Kecamatan Bittuang, Kabupaten Tana Toraja. Dari rumah kawanku tadi perlu naik motor dan jalan kaki lagi sekitar 30 menit. Di tempat berlangsungnya acara ini orang-orang yang merupakan tetangga dan sanak saudara keluarga sudah memenuhi tempat (semacam saung) yang sudah disiapkan.  Hampir semua orang menggunakan pakaian hitam yang dilengkapi dengan sarung hitam yang mereka sebut Tombilangi.

Read More....
edit

Makna Ayam di Toraja



Bagi Suku Toraja, ayam, atau yang mereka kenal juga dengan Manuk Londong, merupaka hewan yang memiliki makna tersendiri. Ayam ini merupakan hewan yang melambangkan kepemimpinan dan kedisiplinan. Oleh karena itu dibeberapa Tongkonan dan Gereja yang ada di Toraja terdapat unsur ayam pada bangunannya.

Di beberapa Tongkonan, tepatnya dibagian atasnya sering kita jumpai dua lukisan ayam yang saling berhadapan. Menurut pemilik Tongkonan itu, ayam menggambarkan sifat pemilik Tongkonan yang memiliki jiwa kepemimpinan. Sementara itu pada bagian atas gereja juga terdapat lambang ayam yang mencerminkan kedisiplinan. Karena menurut mereka, jauh sebelum mengenal jam, ayam ini merupakan hewan yang tahu waktu.

Read More....
edit

Backpacking Bandung - Toraja



Hari ke-1

Halaman pertama dalam cerita ini dimulai di Stasiun Kiara Condong, Bandung. Subuh ini terbuat dari antrian orang-orang yang akan dijemput oleh masinis kereta. Begitu pun kami, aku dan dua orang kawanku, Adit dan Ihsan, kami adalah kawan satu kampus di Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Hari ini kami akan memulai perjalanan dalam rangka pencarian data untuk skripsi kami. Tidak tanggung-tanggung penelitian yang kami lakukan berlokasi di Pulau Sulawesi, tepatnya di Kabupaten Toraja Utara, lebih tepatnya lagi di Pasar Bolu Rantepao.


Alih-alih penelitian, aku lebih senang menganggap ini sebagai “Petualangan”. Ya, penelitian sebagai petualangan dan petualangan sebagai penelitian. Sehingga aku tidak akan merasa bosan di tengah jalan. Dan jika bagi mahasiswa lain gelar S, Pt. Berarti Sarjana Peternakan, bagi kami S,Pt. ini adalah singkatan dari Sarjana Petualang.

Kembali lagi ke cerita, kota pertama yang akan kami singgahi adalah Surabaya, ya, Kota Pahlawan dengan lambang Hiu dan Buaya. Untuk sampai ke Surabaya dari Bandung sendiri kami harus melalui jarak sekitar 680 kilometer. Berhubung kereta yang kami gunakan adalah KA Pasundan kelas Ekonomi, mau tidak mau kita harus duduk manis dengan pantat manas kurang lebih 15 jam. 

Suasana di kereta hampir selalu sama, orang-orang yang duduk, jalan-jalan, curi-curi kesempatan merokok saat istirahat, tangisan bayi, pemandangan indah, dll. Namun ada satu hal yang hilang dan kurindukan. Teriakan para pedagang asongan. Sekarang mereka sudah dilarang, hanya pedagang makanan resmi  dari PT.KAI yang berjualan. Aku rindu teriakan pedagang Mizone, yang menurutku bisa menjadi patokan dan indikator sudah sampai di kota manakah kita. Semisal jika di Bandung, teriakan pedagang Mizone ini adalah “Mizon! Mizon!”, lalu sudah mau keluar dari Jawa Barat teriakannya berubah menjadi “Mijon! Mijon!”, kemudian sampai Jawa Tengah menjadi “Micon! Micon!” dan terakhir sesampainya di daerah Jawa Timur menjadi “Mison! Mison!”. Ah, rindunya.

Read More....