edit

Gunung Perawan dari Bandung

Jangan berfikir negatif dulu! Apalagi nyampe mikir mesum! Gunung perawan disini bukan seperti gunung yang ada di otak kalian, tapi memang gunung asli yang bisa dibilang masih perawan, karena memang, gunung ini begitu indah, masih jarang dijamah oleh manusia, dan bahkan tidak banyak orang yang tau tentang gunung ini.

Langsung aja, mau tau gunung apa yang dimaksud kan? Jeng...jeng...jeng.... Dan nama gunung ini adalah....

GUNUNG RAKUTAK!

Whaaat?? Rakutaaak??? Mungkin namanya terdengar begitu lucu, ya minimal bisa bikin kalian tersenyum lah.. Walaupun sedikit :)

pemandangan dari atas Gunung Rakutak


Nama asli dari Gunung ini memang Gunung Rakutak, tanpa rekayasa ataupun manipulasi. Namanya terdengar culun.... Tapi jika kau sudah mendaki ke puncaknya.... Kau akan memohon ampun, karena sudah berfikir kalau nama gunung ini begitu culun!


Gunung Rakutak ini terletak di Desa Sukarame, di Kecamatan Pacet, Ciparay, Kabupaten Bandung. Untuk warga disana gunung ini memang sudah akrab, karena banyak warga yang bekerja sebagai petani dan peternak di kaki gunung ini. Namun, wakamsi pun masih belum tau kenapa gunung ini diberi nama Gunung Rakutak.

Sejak taun 2010 di kaki gunung ini dibentuk sebuah organisasi bernama HIMPALA RAKUTAK, dipelopori oleh seorang warga asli sana yang bernama Kang Agus. Himpala ini bertugas sebagai pos dan basecamp bagi para pendaki yang hendak mendaki gunung ini. Tidak jarang juga para anggota Himpala ini menjadi relawan dan tim SAR jika ada pendaki yang tersesat.

Saya dan teman-teman saya dari Unit Kenal Lingkungan (UKL) berangkat ke gunung ini pada hari Jumat, tanggal 28 Februari 2014. Kami beristirahat dulu satu malam di kediaman kang Agus, dan mulai mendaki pada keesokan harinya. 

Bermodalkan GPS dan Peta Lebaksari, kami memulai perjalanan  diantar oleh kang Agus sampai memasuki kebun Perhutani, jalur ini disebut juga oleh warga sana sebagai Jalur Tiga, yang merupakan jalur terpanjang untuk mencapai puncak Gunung Rakutak. Selain jalur Tiga, ada juga jalur lain yang dinamakan jalur Dua dan jalur Satu. Namun jalur Satu ini berbahaya jika dilalui di musim hujan, karena jika kita melewati jalur Satu kita harus melewati 4 aliran sungai. Sedangkan jalur Dua, sebenarnya jalur ini lebih mudah, namun jika kita melalui jalur Dua untuk naik ke puncak kita tidak akan melalui puncak satu, dan akan melewatkan beberapa bagian eksotik dari gunung perawan ini. Jadi kami memutuskan untuk mendaki melalui jalur Tiga, dan turun melalui jalur Dua.

Kang Agus pun kembali ke rumahnya, dan kami memulai petualangan kami dimulai dari ladang bawang, kol, dan sesekali ada tomat, juga sawah hijau yang dibuat di sengkedan ini. Hijau sejauh mata memandang, mendamaikan.

Oh iya, tujuan kami ke Gunung Rakutak ini adalah sebagai survey dan juga latihan navigasi. Pada beberapa minggu ke depan kami akan memasangkan plang informasi pos dan juga mengobservasi flora dan fauna yang ada di gunung ini. Jadi untuk pendakian ini kami memang sama sekali belum mengenal medan.

Saat melakukan observasi Flora Fauna

Setelah kami melewati ladang dan sawah, kami disambut oleh rumput-rumput yang tingginya hampir mencapai bahu kami. Ya, memang tinggi, dan juga kasar, disarankan untuk menggunakan pakaian lengan panjang, jika tidak maka siap-siaplah untuk berubah menjadi Hellboy, si kulit merah!

Setelah berjalan hampir satu jam, dan mulai memasuki kawasan hutan, kami menemukan sebuah tempat yang cukup landai dan enak untuk dijadikan sebuah pos. Tempat ini pun begitu rimbun, cocok untuk beristirahat saat hujan. Ketinggian titik ini ada di angka 1.387 m dpl. Setelah kami berjalan-jalan sekitar calon pos ini, serta mengobservasi flora dan fauna sekitar sana, kami pun menemukan sebuah jejak yang kami rasa itu adalah jejak babi hutan. Kami pun terpikir untuk memberi nama pos ini dengan nama "Pos Tapak Bagong".

Tidak lupa kami mencatat titik ini di GPS dan juga mendokumentasikannya di kamera. Perjalanan pun dilanjutkan, dari pos  ini kami butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke Puncak 1. Puncak 1 ini ada di ketinggian 1.596 m dpl. Selama perjalanan kami menemukan banyak spesies flora namun jarang menemukan jenis fauna, hanya beberapa lalat, dan laba-laba. Laba-laba yang ditemukan termasuk jenis laba-laba punggung, yang memang sudah jarang ditemukan.

Hujan yang tadinya hanya gerimis sekarang turun semakin deras, namun kami baru sampai setengah jalan,  beberapa dari kami memakai ponco dan jas hujan, perjalanan tetap dilanjutkan. Dari info yang kami dapat butuh dua jam untuk sampai ke Puncak 2, dan itu memang benar.
  
Jarak dari Puncak 1 ke Puncak 2 memang cukup jauh. Jalur yang kami lalui  pun cukup ekstrim. Ada jalur yang orang-orang menyebutnya sebagai "Jembatan Shirathal Mustaqim" atau pun "Punggung Naga". Ya, dasar manusia, aneh-aneh saja. Di jalur ini memang jalannya sempit, harus berhati-hati, karena di kanan dan kiri ya langsung jurang. Tapi pemandangan dari sini sangat indah, terlihat Puncak Gunung Rakutak dan gunung-gunung tetangga.

Jalan Terus!!!

Di perjalanan menuju Puncak-2 kami menemukan lagi sebuah tempat yang enak untuk dijadikan pos peristirahatan, ada di ketinggian 1.664 m dpl. Lumayan bisa mendirikan sebuah tenda. Jarak dari calon pos ini ke Puncak-2 ada sekitar 30 menit.


Pemandangan dari Puncak-2 juga sangat indah. Banyak burung yang terbang kesana-kemari, mungkin mereka mencoba menyambut kami. Kemudian kami kenali burung-burung itu sebagai Elang Jawa dan Kapinis Jarum Asia.

Beberapa ekor Burung Kapinis yang berhasil tertangkap kamera

Nah sekarang dari Puncak 2 ke Puncak 3, jalur untuk mencapai ke titik ini ternyata lebih ekstrim!! Dengan lereng dan jurang di sebelah kanan kiri, ditambah lagi dengan tanahnya yang mudah longsor, tentunya harus berhati-hati dalam menentukan pijakan. Sebenarnya jaraknya cukup dekat, hanya menghabiskan waktu sekitar 30 menit, tapi pada saat itu kami harus memasang dulu webbing di jalur menuju ke Puncak 3 ini, agar lebih aman. Kami memasang 4 buah webbing yang kami ikatkan ke batang pohon agar bisa kami jadikan sebagai pegangan. 

Cantiknyaaaaa ~
Puncak 3 ini tidak terlalu luas, mungkin hanya cukup untuk mendirikan satu buah tenda, itu pun menghalangi jalur. Oh iya, Puncak 3 ini biasa disebut juga sebagai Puncak Utama, letaknya ada di ketinggian 1.923 meter di atas permukaan laut. Kukira tadinya Puncak Utama ini adalah titik tertinggi dari Gunung Rakutak, ternyata bukan. Masih ada satu titik puncak lagi yaitu Top Rakutak yang terletak di koordinat 07o08’ 52” LS dan 107 o44’04” BT dengan ketinggian 1.971 m dpl. Dimana sebelum kita mencapai titik ini ada sebuah lokasi yang cukup luas untuk mendirikan camp. Lokasi camp ini berada 15 menit dari Puncak Utama dan 15 menit sebelum mencapai Top Rakutak.

foto dulu sebelum sampe Top

Untuk jalur turun, kami menggunakan Jalur Dua, jalur ini bisa kita lalui saat kitasedang berada di Puncak-2. Jarak dari Puncak-2 ke Desa Sukarame pun akan lebih dekat jika kita menggunakan Jalur-2. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke Desa Sukarame melalui Jalur Dua ini adalah sekitar 2 jam, sedangkan jika turun melalui jalur Tiga membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Di Jalur Dua juga kita akan menemukan Pos Tegal Alun yang bisa digunakan sebagai tempat beristirahat atau mendirikan camp.

Hampir sama seperti saat mendaki, di jalur turun pun kita akan melewati alang-alang yang tingginya hampir sama dengan kita bahkan lebih tinggi. Sehingga disarankan untuk mengunakan pakaian dan celana panjang jika tidak ingin berubah menjadi Hellboy!!!







Beberapa foto-foto hasil observasi flora dan fauna:














3 comments

  1. waah, padahal lanjutin ke danau Ciharus nya kang! bisa ngobatin pegel tracking disana, dan danaunya masih sangat perawan! :$ Salam kenal, boleh loh mampir ke blog saya, pake aja sendalnya, anggep blog sendiri! :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah iya nih pengen banget tadinya. Dari top tetep lurus kan ya?
      Mungkin next time. Om! Hehehe

      Siaaap nanti saya mampir :)

      Delete
    2. Om, boleh minta data GPS nya? Soalnya minggu depan saya mau naik juga. Nuhun.=))

      Delete